Dean Huijsen, Bisnis ‘Rugi’ Juventus

Posted on

Juventus melepas Dean Huijsen ke Bournemouth dengan harga murah. The Cherries kemudian menjual bek asal Spanyol itu ke Real Madrid dengan harga nyaris empat kali lipat lebih mahal.

Madrid menebus klausul pelepasan Huijsen sebesar 50 juta Pound atau hampir 60 juta Euro. Pemuda 20 tahun itu dikontrak lima tahun hingga 2030 mendatang, dan akan bergabung dengan Los Blancos mulai Piala Dunia Antarklub 2025 yang digelar bulan depan.

Padahal waktu direkrut dari Juventus pada musim panas 2024, Bournemouth hanya membayar 15,2 juta Euro plus potensi bonus tiga juga Euro. Juventus juga akan mendapat 10 persen dari keuntungan penjualan Huijsen.

Seperti diberitakan The Athletic, ini adalah hasil negosiasi jitu dari direktur sepakbola Bournemouth, Tiago Pinto. Pria asal Portugal itu sebelumnya bekerja di AS Roma.

Dia yang memboyong Huijsen ke ibu kota Italia dengan status pinjaman dari Juventus pada paruh kedua musim 2023-24. Begitu pindah ke Bournemouth, ia tak melupakan potensi Huijsen yang turun 14 kali dan mencetak dua gol selama setengah musim di Roma.

Meski Huijsen baru semusim memperkuat Bournemouth, ia telah menjadi bek yang tangguh, bahkan sampai dipanggil Timnas Spanyol. Kuncinya adalah jam terbang yang diberikan kepadanya untuk membuktikan diri. Ia tampil 34 kali dan mencetak tiga gol musim ini.

Jika memang sebagus itu, mengapa Juventus melepas Huijsen? Mengapa tak memberinya kesempatan?

Untuk melihat sudut pandang Juventus, pembaca perlu memahami bahwa Huijsen tergolong pemain akademi klub meski sebetulnya baru bergabung di usia 16 tahun. Seperti Kenan Yildiz, ia adalah pemain yang ‘naik kelas’ ke tim utama.

Meski begitu, persaingan di lini belakang cukup sulit karena masih ada Bremer, Federico Gatti, hingga Daniele Rugani saat itu. Meminjamkan Huijsen ke Roma merupakan bagian dari memberikan jam terbang.

Namun sepulangnya ke Juventus di musim panas 2024, nasibnya berubah. Direktur olahraga Cristiano Giuntoli melihatnya sebagai aset bisnis yang bisa mendatangkan uang untuk membiayai proyek pelatih Thiago Motta yang baru ditunjuk.

Melepas Huijsen yang merupakan pemain akademi berarti memberikan pendapatan 100 persen dalam laporan keuangan. Juventus melepasnya karena alasan profit.

Sebetulnya Juventus juga mendatangkan pemain sekelas Pierre Kalulu untuk mengisi lini belakang. Namun yang tampaknya tak masuk kalkulasi Juventus adalah badai cedera yang kemudian datang seiring berjalannya waktu. Bremer bahkan harus absen hingga akhir musim.

Mencari penggantinya pun tak mudah. Juventus merekrut Renato Veiga, namun ia hanya akan di Turin sampai akhir musim ini. Lloyd Kelly diboyong dari Newcastle United, namun performanya sejauh ini kalah impresif jika dibandingkan dengan Huijsen di Bournemouth.

Jangan lupakan juga bahwa Kelly jarang diberi waktu bermain sewaktu di Newcastle, dan ia sudah 26 tahun. Inilah yang tampaknya membuat suporter Juventus berang. Meski tetap untung secara finansial, namun Giuntoli dianggap melakukan kesalahan dalam strategi transfer dengan melepas pemain potensial.

Kini Huijsen siap memulai petualangan baru di Madrid, sementara Giuntoli mungkin berpikir seharusnya ia meminta persenan lebih banyak dari Bournemouth.