Timnas Irak Mirip Indonesia: Kental Nuansa Pemain Abroad-Diaspora

Posted on

Timnas Irak punya kemiripan dengan Timnas Indonesia. Singa Mesopotamia juga kental dengan nuansa pemain abroad diaspora yang memperkuat tim.

Dari 28 pemain yang dipanggil Irak, sebanyak 17 di antaranya berkarier di luar negeri alias abroad. Mayoritas pemain yang bermain abroad itu memiliki darah campuran dan bahkan lahir di luar negeri.

Kondisi negara yang tidak stabil karena perang membuat warga Irak banyak yang bermigrasi ke negara lain. Irak pernah dilanda penindasan etnis Kurdi pada 80an, perang teluk pada awal 90an, hingga invasi Amerika Serikat pada 2003.

Tidak cuma pindah ke negara-negara Arab tetangga, banyak juga yang mencari kehidupan di Eropa. Jerman, Turki, hingga Swedia dan negara Skandinavia lain menjadi destinasi utamanya.

Komunitas Irak pun bertumbuh di negara lain, sebagian pun menetap di sana dan melahirkan generasi baru. Tidak sedikit para generasi baru ini menekuni sepakbola hingga menjadi pemain profesional.

Zidane Iqbal merupakan nama pemain diaspora Irak paling terkenal karena pernah menimba ilmu dan debut bersama Manchester United. Di tanah Inggris ada juga Ali Al Hamadi yang pernah satu tim dengan Elkan Baggott di Ipswich Town, namun ia tidak dipanggil untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Sementara negara Skandinavia seperti Swedia, Denmark, dan Norwegia menjadi penyumbang terbanyak pemain abroad Irak. Ada Marko Farji, Rebin Sulaka (Norwegia), Montader Madjed, Aimer Sher, Amar Muhsin, Hussein Ali, Amir Al-Ammari, Kevin Yakob (Swedia), Frans Putros (Denmark).

Sementara pemain abroad Irak lainnya berasal dari Ceko, Uzbekistan, Polandia, Arab Saudi, Siprus, hingga Belanda. Pemain diaspora ini kebanyakan adalah generasi kedua mengingat migrasi orang Irak ke negara lain baru mulai terjadi sejak era 80-an.

Wajar jika nama, wajah, bahasa mereka masih kental dengan nuansa Timur-Tengah. Sehingga tidak banyak yang menyadari bahwa mereka sebenarnya adalah pemain darah campuran.

Berbeda dengan para diaspora Garuda dari Belanda, mereka adalah generasi ketiga alias darah Indonesia dari Kakek/nenek. Mereka pun sudah berakulturasi dan berasimilasi menjadi bagian masyarakat Belanda sehingga kadang tidak ada laga unsur Indonesia di wajah, nama, dan bahasa yang mereka gunakan.

Beberapa pemain diaspor Irak pernah dan bahkan sedang bermain di Indonesia. Ada Brwa Nouri (Swedia-Irak, Bali United 2018-2023), Anmar Almubaraki (Belanda-Irak, Persiba Balikpapan 2017), hingga Frans Putros (Denmark-Irak, Persib Bandung 2025-sekarang).

Pemain diaspora/abroad Timnas Irak di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia:

Rebin Sulaka: Norwegia-Irak, Port FC (Thailand)
Merchas Doski: Jerman-Irak, Viktoria Plzeň (Ceko)
Frans Putros: Denmark-Irak, Persib Bandung (Indonesia)
Hussein Ali: Swedia-Irak, Pogoń Szczecin (Polandia)
Amir Al-Ammari: Swedia-Irak, Cracovia (Polandia)
Osama Rashid: Irak-Belanda, Erbil (Irak)
Youssef Amyn: Jerman-Irak, AEK Larnaca (Siprus)
Zidane Iqbal: Inggris-Irak, FC Utrecht (Belanda)
Marko Fajri: Norwegia-Irak, Strømsgodset (Norwegia)
Montader Madjed: Swedia-Irak, Hammarby (Swedia)
Kevin Yakob: Swedia-Irak, AGF (Denmark)
Aimar Sher: Irak-Swedia, Sarpsborg (Norwegia)
Amar Muhsin: Swedia-Irak, Brage (Swedia)