Skandal naturalisasi Malaysia yang disanksi FIFA berbuntut panjang. Kini muncul misteri baru, soal agen-agen pemasok calon pemain naturalisasi.
Seperti diketahui, Malaysia dihukum FIFA akibat skandal naturalisasi. Tujuh pemainnya kedapatan memalsukan dokumen.
FIFA sudah memberikan hukuman denda kepada asosiasi sepakbola Malaysia (FAM) sebesar 350 ribu Swiss Franc atau setara Rp 7,3 miliar. Ketujuh pemainnya turut dilarang beraktivitas selama 12 bulan per 26 September plus didenda 2.000 Siwss Franc atau setara Rp 41 juta.
Pengajuan banding sudah berlangsung dan kabarnya akan diumumkan pada akhir pekan ini. FIFA bisa saja menolak bandingnya, tapi kecil kemungkinan kalau meringankan hukumannya.
Media lokal, Scoop menelusuri misteri baru. Itu soal, dugaan agen-agen pemasok pemain naturalisasi buat Timnas Malaysia. Beberapa sumber dari FAM yang enggan disebutkan namanya menyebut, agen-agen itu berasal dari Spanyol!
“Sudah cukup diketahui bahwa perantara tertentu, terutama yang memiliki hubungan dengan Spanyol, telah lama terlibat dalam mendatangkan pemain asing ke Malaysia,” kata seorang sumber.
“Mereka berpengalaman, mereka tahu cara bekerja dalam sistem, dan beberapa bahkan memiliki hubungan pribadi dengan pemain dan ofisial lokal,” sambungnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Sumber lain mengklaim, kalau agen-agen itu punya hubungan khusus dengan pihak Timnas Malaysia. Itu bukan hal yang baru!
“Kasus yang terjadi sekarang bisa saja mengungkapkan semuanya. Ini pola yang sama, wilayah yang sama, dan jaringan yang sama,” ungkapnya.
Diketahui, ada sekitar 17-18 agen. Mereka bakal menawarkan pemain-pemain berdarah latin ke klub-klub Malaysia dan ke timnasnya. Maka tak heran, Liga Malaysia musim lalu pada 2024/25 dipenuhi 11 pemain asal Spanyol, 19 pemain dari Brasil, dan empat pemain dari Argentina.
Para pemain itu nantinya bisa berkarier selama lima tahun di Malaysia kemudian bisa dinaturalisasi. Khusus untuk tujuh pemain yang sudah kena sanksi FIFA ,beda cerita karena diklaim punya darah keturunan Malaysia tapi FIFA membantahnya setelah lakukan investigasi.
