Ketum PSSI Erick Thohir punya pesan buat para suporter: sepakbola Indonesia harus bangkit dari Tragedi Kanjuruhan. Suporter pun diingatkan untuk saling menjaga.
Sampai kapanpun, Tragedi Kanjuruhan tidak akan pernah bisa dihapus sebagai bagian kelam sejarah sepakbola Indonesia. Apalagi jumlah korban nyawa menjadi salah satu yang terbesar dalam pentas sepakbola.
Saat ini sepakbola Indonesia sedang dalam masa transisi transformasi pasca peristiwa memilukan itu. PSSI berharap suporter bisa memahami situasi untuk dan terus mengupayakan perdamaian.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Saya ucapkan terima kasih untuk suporter klub. Bahwa persaudaraan kita di sepakbola ini tidak hanya kekentalan mendukung klub sepakbolanya saja,” kata Erick Thohir dalam perbincangan bersama detikSport di d’Hattrick.
“Kita punya sejarah hitam di sepakbola dunia. Dengan Kanjuruhan itu sejarah hitam. Dan sampai kapanpun tercatat salah satu yang terbesar. Artinya, fanatisme para suporter klub itu ya nggak apa-apa, itu memang bagian. Tetapi kan suporter klub lain itu saudara sekandung kita, di mana sepakbola itu sebagai pemersatu bukan pemecah.”
“Dan para suporter, coba setelah pulang ke rumah itu terjadi di dirinya dia sendiri, adiknya nggak ikut pulang atau bapaknya nggak ikut pulang. Baru menyesal,” ujarnya menuturkan.
Salah satu kebijakan yang diterapkan PSSI pasca Tragedi Kanjuruhan adalah larangan suporter away. Kini aturan ini sudah masuk musim ke-4 sejak diterapkan pada musim 2022/23, 2023/24, 2024/25, dan kini 2025/26.
Erick Thohir beralasan bahwa federasi tidak ingin kejadian serupa terulang. Saat ini yang paling penting adalah menciptakan iklim sepakbola yang aman dan nyaman buat semua kalangan.
“Jadi kita harus hindarkan kekerasan di kalangan suporter. Mendukung wajib, tapi kekerasan bukan menjadi bagian pembangunan sepakbola Indonesia hari ini ataupun ke depan,” ucapnya.
“Jadi kita harus benar-benar supporter harus saling menghormati saling menjaga. Fanatisme silakan, ya tapi jangan butakan. Ya itu saudara kita juga yang sedang jalan pakai baju berbeda, apalagi baru saya dengar misalnya di Kota Depok, 50-50 Persija sama Persib.”
“Itu kan kompleksitas sendiri. Jadi, ya, ayolah kita jaga sepakbola Indonesia,” tutur Erick Thohir.