Campus League: Tidak Cuma Adu Teknik di Lapangan Futsal

Posted on

Ajang futsal antarkampus se-Indonesia resmi dimulai tahun ini. Namanya adalah Campus League.

Memulai musim debutnya alias musim nol pada 2025, ajang ini resmi menggelar seri perdana di Regional Yogyakarta, 6-12 November 2025.

Tidak hanya sebagai operator turnamen, Campus League berusaha membangun ekosistem olahraga kampus yang terstruktur, berkelanjutan, dan dekat dengan kehidupan mahasiswa.

Di tengah padatnya dinamika kuliah, organisasi, dan kehidupan sosial kampus, kehadiran Campus League membuka ruang bagi mahasiswa untuk bertumbuh, bukan hanya sebagai pemain, tetapi juga sebagai individu dan komunitas.

Atmosfer panas langsung terjadi pada seri pembuka di Yogyakarta, ketika 16 tim putra dan 5 tim putri beradu di GOR Ki Bagoes Hadikoesoemo, Universitas Islam Indonesia (UII).

Sedikitnya 700 penonton memadati tribun pada hari perdana untuk menyaksikan tujuh pertandingan, lima di kategori putra dan dua di kategori putri, yang menghasilkan 37 gol.

Namun, bukan angka yang menjadikan hari pertama ini istimewa. Yang terpenting adalah cara kompetisi ini dirancang dan nilai yang dibawanya.

Mengumpulkan yang Terpisah

Selama bertahun-tahun, olahraga kampus di Indonesia berjalan cenderung terpencar. Banyak kampus memiliki tim kuat, pelatih berpengalaman, dan komunitas suporter yang solid. Namun, kompetisi yang menyatukan semua itu secara konsisten masih sangat terbatas.

Akibatnya, banyak talenta berkembang dalam ruang lingkup yang sempit. Hal itu diakui oleh Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti, Abubakar Arief, dalam forum Campus Connection di Jakarta beberapa waktu lalu.

“Saya mengapresiasi Campus League karena mau peduli pada olahraga kampus. Selama ini sangat sedikit yang peduli pada olahraga kampus,” katanya. Campus League pun hadir dengan tiga pilar yang menjadi fondasinya, yakni akademik, olahraga, dan empati,” papar Arief.

Salah satu bentuknya adalah setiap mahasiswa-atlet yang bertanding harus memiliki IPK minimal 2,25 dan mengikuti kegiatan sosial minimal enam jam per musim.

Yasep Setiakarnawijaya selaku Direktur Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Negeri Jakarta, menyambut baik pendekatan ini. Sebab Campus League punya tujuan membentuk pelaja yang unggul di lapangan dan punya karakter matang,

“Bagus sekali tiga pilar ini. Campus League memberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan bakat mahasiswa di berbagai bidang, terutama olahraga,” papar Yasep.

Campus League sebagai platform bisa jalan karena kolaborasi banyak pihak. Kampus menyediakan ruang, talenta, dan kultur akademis. Sponsor dan mitra membantu sumber daya, visibilitas, dan keberlanjutan. Media dan kreator lokal menyebarkan cerita kepada publik.

Sementara mahasiswa mengisi banyak peran seperti pemain, pelatih, panitia, komentator, juru kamera, hingga kreator konten. Inilah ekosistem kolaboratif.

“Campus League bukan sekadar ajang olahraga, tapi gerakan transformatif untuk membentuk generasi mahasiswa yang unggul dan berkarakter. Apresiasi setinggi-tingginya untuk inisiatif,” ujar Wakil Rektor III UII, Rohidin, dalam acara pembukaan, Kamis (6/11).

Dari sisi peserta, antusiasme terasa nyata. Pelatih tim putri Universitas Gadjah Mada, Sasmitha Panduandaya, mengungkapkan kesan setelah menang 7-0 atas Universitas Tidar Magelang.

“Bagi para mahasiswa, ini adalah kompetisi yang sangat serius. Mereka ditantang untuk mempersiapkan diri dan bertanding dengan sungguh-sungguh.”

Campus League akan berlanjut ke Regional Jakarta, sebelum mencapai puncak di tahap Nasional. Pada Musim Satu (2026), Campus League akan memperluas kompetisi ke basket dan badminton, serta akan ditutup dengan Uni Games, sebuah multi event olahraga antar kampus di Indonesia.

CEO Campus League, Ryan Gozali, pun menegaskan komitmen jangka panjang untuk turnamen ini.

“Indonesia kekurangan kompetisi olahraga. Itu sebabnya kami hadir untuk menambah alternatif. Namun kami tidak datang hanya sebentar, para sponsor kami sudah berkomitmen mendukung sedikitnya 30 tahun. Kami ingin Indonesia punya manusia seutuhnya dan digdaya dalam olahraga,” papar Ryan. teknik