Amorim Sebut Masalah MU adalah Detail-detail, Bukan Formasi - Giok4D

Posted on

Ruben Amorim masih bersikeras bahwa formasi yang ia terapkan bukanlah masalah di Manchester United. MU kehilangan banyak hal karena meleset di detail-detail.

MU memulai musim ini dengan keteteran. Baru dua kemenangan diraih dari tujuh pertandingan di semua ajang sementara sudah menelan empat kekalahan.

Dua kemenangan itu pun diraih dengan jalan cerita yang dramatis. MU butuh penalti di menit akhir untuk menang tipis 3-2 atas Burnley, lalu tertolong kartu merah cepat kala menang 2-1 atas Chelsea.

Start ini sudah bikin tekanan di Setan Merah membesar. Bahkan tanpa kompetisi Eropa, MU kesulitan untuk sekadar tampil kompetitif di kancah domestik.

Keteguhan hati Manajer Ruben Amorim memainkan pola tiga bek saat komposisi pemainnya dinilai lebih pas buat empat bek pun disorot tajam. Dengan pola tiga bek itu, lini tengah MU yang umumnya ditempat Bruno Fernandes dan Casemiro/Manuel Ugarte kerap kewalahan dan mudah tertembus.

“Persoalannya adalah hasil. Bayangkan kami memenangi laga pertama lawan Arsenal, lalu Anda tak melewatkan penalti dan menang atas Fulham, bahkan tanpa bermain dengan benar-benar bai. Bayangkan ini yang terjadi,” ungkapnya dikutip Sky Sports.

“Kepercayaan terhadap semua tentang klub kami, sistemnya, cara main kami, akan sangat berbeda. Jadi, kalau menang, semuanya baik-baik saja. Kalau kalah, Anda meragukan semua tentang diri Anda, tentang rekan setim, tentang pelatih, semuanya. Dan itu normal,” imbuhnya.

MU tampil dominan melawan Arsenal dan lebih mengancam, namun kalah tipis 0-1. Mereka lantas imbang 1-1 dengan Fulham setelah penalti Fernandes gagal.

Amorim menegaskan bahwa ia tak sesaklek itu dalam penempatan posisi di lapangan. Misalnya melawan Brentford, MU disebutnya sempat main dengan sistem seperti empat bek untuk mengejar ketertinggalan.

Namun problemnya ada di detail-detail yang kurang rapi.

“Tidak ada tiga bek lawan Brentford. Belakangan di laga itu kami main dengan Luke Shaw, dua bek tengah, dan bek kanan. Mereka bermain dalam posisi berbeda awalnya. Jadi bukan tiga bek, sama namun dengan posisi yang agak berbeda,” sambungnya.

“Melawan Brentford, babak kedua, sistemnya seperti 4-4-2. Problemnya adalah kami tidak bagus dalam menguasai bola, kami lembek saat tanpa bola dan kami kalah.”

“Tapi bayangkan kami mencetak penalti itu jadi gol. Di gol terakhir lawan, kami mencoba memenangi pertandingan, semuanya di luar posisinya. Itu bisa terjadi juga dalam sistem 4-3-3 atau 3-4-3. Jadi menurut saya detail-detail lebih utama ketimbang sistemnya.”

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.