Organisasi HAM internasional, Amnesty International, menuding Barcelona menerima dana pencucian uang atau sportwashing. Kok bisa?
Amnesty International cabang Spanyol menyoroti sponsorship Barcelona dengan salah satu negara di Afrika, Republik Demokratik Kongo. Mereka menilai kerja sama itu bagian dari praktik cuci uang untuk membersihkan citra Kongo yang didera konflik kemanusiaan.

Kongo dianggap melakukan pelanggaran HAM dalam konflik bersenjata di wilayah timur negara tersebut dengan Gerakan 23 Maret (M23) yang didukung Rwanda. Pemerkosaan massal, pelanggaran terhadap penduduk sipil, dan penguasaan wilayah terjadi dalam konflik tersebut.
“FC Barcelona meneken kontrak jutaan dollar dengan Republik Demokratik Kongo, negara yang terlibat konflik bersenjata dengan Rwanda yang telah menelan ribuan korban,” begitu isi pernyataan Amnesty International di media sosial.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Olahraga tak dapat dijadikan ajang untuk menutupi pelanggaran hak asasi manusia…. Ketika kita melihat ‘Visit Rwanda’ atau ‘DR Congo-Coeur de L’Afrique’ di jersey, kita juga melihat pelanggaran yang mereka coba sembunyikan,” tegasnya.
Kongo memang menjadi salah satu sponsor baru Barcelona sejak kesepakatan pada musim panas 2025. Los Cules mendapat pemasukan total 44 juta euro dari negara tersebut selama empat tahun.
Kerja sama ini dilakukan demi bisa mendongkrak pariwisata Kongo. Barcelona mencantumkan slogan ‘DR Congo-Coeur de L’Afrique’ (terjemahan – Kongo Jantungnya Afrika) pada bagian belakang jersey untuk latihan.
Kesepakatan sponsorship Barcelona dan Kongo juga mendapat pertentangan dari Pemerintah Swedia. Uang tersebut dinilai berasal dari negara-negara yang mengirim bantuan ke Kongo, termasuk Swedia yang telah menyuntikkan dana sekitar 300 juta euro untuk program pengentasan kelaparan, obat-obatan, dan pendidikan.