Sedang ramai para pecinta sepakbola membandingkan awal era Shin Tae-yong dan Gerald Vanenburg di Timnas Indonesia U-23. Begini statistiknya.
Timnas Indonesia U-23 di bawah asuhan Gerald Vanenburg gagal melangkah ke Piala Asia U-23 2026. Garuda Muda finis sebagai runner up dengan empat poin dari tiga laga, hasil sekali imbang, sekali menang, dan sekali kalah. Kekalahan didapat di matchday terakhir kontra Korsel 0-1.
Pecinta sepakbola pun ramai-ramai merindukan Shin Tae-yong. Sang juru taktik itu di edisi sebelumnya mampu bawa Timnas Indonesia U-23 lolos dan melangkah sampai semifinalis.
“Pasca kegagalan Tim Nasional Indonesia U-23 lolos ke Piala Asia 2026, Gerald Vanenburg sebagai pelatih banyak mendapat kecaman karena sebelumnya juga gagal membawa Timnas U-23 menjadi juara di AFF 2025. Netizen kemudian mulai membandingkan antara Vanenburg dengan pelatih sebelumnya yaitu Shin Tae Yong yang berhasil membawa Timnas U-23 masuk babak semifinalis Piala Asia 2024,” jelas founder Football Institute, Budi Setiawan.
Bagi Budi, sah-sah saja para pecinta sepakbola melakukan perbandingan. Namun Budi menjelaskan, ada baiknya membandingkan era-era awal antara kedua pelatih.
“Tentu semua orang sah-sah saja membuat analisa dengan data yang ada. Namun analisa itu tetap dapat dikritisi, karena metodologi yang digunakan melalui data yang sama dapat menunjukkan hasil yang berbeda,” ungkapnya.
Di tahun 2021, Shin Tae-yong mengarungi empat pertandingan bersama Timnas Indonesia U-23. Hasilnya dua kali menang dan dua kali kalah.
Gerald Vanenburg di tahun 2025 mengarungi delapan pertandingan. Hasilnya empat kali menang, dua kali imbang, dan dua kali kalah.
“Patut diingat, STY mendapatkan kesempatan training camp di Tajikistan, tetapi Vanenburg tidak,” jelas Budi.
Budi menambahkan, era awal STY bersama Timnas U-23 adalah finis peringkat ketiga di Piala AFF dengan menang adu penalti kontra Malaysia. Pun di Piala Asia U-23, Garuda Muda tidak lolos karena kalah dari Australia.
Sementara Gerald Vanenburg bawa Timnas U-23 finis sebagai runner up setelah kalah dari Vietnam. Kesempatan pertama di Kualifikasi Piala Asia U-23 juga gagal.
“Melalui metode riset kuantitatif dan kualitatif ini, kami mencoba menjawab perdebatan tersebut agar tidak menjadi bias dalam melihat fenomena dan mengambil kesimpulan,” tutupnya.
