Piala Dunia 2026 menjadi sorotan gara-gara kebijakan imigrasi Donald Trump. FIFA didesak berani menentangnya.
Sebuah surat terbuka dikirim 90 organisasi kepada FIFA, menyoroti gelaran Piala Dunia 2026 yang ‘terancam’ kebijakan Trump. Presiden Amerika Serikat itu bikin kebijakan imigrasi dan penegakan hukum yang dinilai sarat diskriminasi.
Di antaranya melarang banyak negara, yang dikategorikan masuk ‘daftar hitam’, datang ke AS. Selain itu, represi kepada imigran di AS juga meningkat.
Situasi ini datang di tengah gelaran Piala Dunia 2026 yang sudah di depan mata. Puluhan organisasi seperti Amnesty International, Human Rights Watch (HRW), hingga American Civil Liberties Union mendesak FIFA untuk menentang kebijakan Trump.
“Kami menyerukan kepada FIFA untuk menggunakan pengaruhnya guna mendorong pemerintah AS menjamin hak-hak dasar jutaan pengunjung dan penggemar asing yang berusaha masuk ke AS untuk menghadiri turnamen, dan hak-hak konstitusional banyak imigran yang sudah tinggal, bekerja, dan memberikan kontribusi yang berarti di kota-kota yang terpilih jadi tuan rumah,” tulis surat terbuka itu.
Surat terbuka itu diinisiasi oleh puluhan organisasi HAM sedunia. Pernyataan itu dikirim ke FIFA pada Selasa (1/7), ditujukan langsung untuk Presiden Gianni Infantino dan banyak petinggi FIFA lainnya.
Minky Worden, direktur global HRW, menilai intervensi semacam ini sebenarnya jarang terjadi dalam konteks olahraga global di AS. Namun, kekhawatiran yang terjadi membuat surat terbuka ini harus disampaikan.
Salah satunya adalah bentuk represi dari ICE atau Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai AS, yang beberapa lalu menangkap ratusan imigran di California. Aksi itu disikapi dengan kerusuhan besar-besaran, yang sempat menghantui gelaran Piala Dunia Antarklub 2025.
Penangangan itu membuat kekhawatiran meningkat. Banyak pemerintah negara lain memberi travel warning bagi warganya yang mau ke Amerika Serikat dengan memperingatkan ancaman deportasi atau ditolak masuk.
FIFA kini didesak untuk memberi jaminan keselamatan bagi semua orang atas aturan HAM yang dimilikinya. Sebab, gelaran Piala Dunia 2026 membuat FIFA punya hak untuk menegakkannya.
“Kebijakan tersebut secara khusus mengidentifikasi bahwa ‘menyediakan keselamatan dan keamanan bagi orang-orang yang menghadiri, terlibat, atau terpengaruh acara-acara FIFA dapat berdampak pada hak asasi manusia tertentu, seperti kebebasan bergerak, berekspresi, dan berkumpul’ sebagai salah satu dari lima risiko hak asasi manusia yang paling menonjol bagi FIFA,” tulis pernyataan itu.
Piala Dunia 2026, yang dimulai pada 11 Juni-19 Juli 2026, sedianya akan digelar di tiga negara. Selain AS, Kanada dan Meksiko juga masuk sebagai tuan rumah.
Namun, AS akan mendapat porsi lebih banyak dalam gelaran nanti. Sejak perempatfinal hingga final, semua laga akan dimainkan di sana. Total ada 11 kota di AS menghelat gelaran tersebut tahun depan.
Kini pertanyaannya, apakah FIFA berani melawan kebijakan Donald Trump demi Piala Dunia 2026 yang ramah bagi semua orang?